Era baru superstar dalam lapangan hijau sepak bola sejatinya telah tampak dalam beberapa musim belakang. Nama terang supermegabintang seperti Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi perlahan redup seiring performa di atas lapangan mengingat usia yang tak lagi muda. Ditandai dengan peraih Ballon d'Or 2018, Luka Modric mematahkan dominasi Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi selama 10 tahun.
Tapi satu tahun berselang, pada 2019 Lionel Messi kembali merebut penghargaan pemain sepak bola terbaik di dunia itu. Tahun 2020, di mana pandemi corona mulai merebak, penghargaan Ballon d'Or dibatalkan, padahal pada saat itu nama yang paling pantas untuk mendapatkannya adalah Robert Lewandowski. Penyerang asal Polandia yang membantu Bayern Munchen meraih lima gelar dalam musim tersebut.
Di balik nama terang Cristiano Ronaldo, ada Neymar Junior dan kylian Mbappe yang sudah memanaskan persaingan penghargaan pemain terbaik dunia tersebut. Bahkan nama baru seperti Erling Braut Haaland yang tampil gemilang dengan Dortmund juga masuk dalam daftar. Belum nama ini, satu nama yang dianggap layak bersaing dengan para superstar muda dan senior tersebut adalah Phil Foden.
Pemain akademi Manchester City yang saat ini membela tim utama di bawah asuhan Pep Guardiola. Perkembangan Phil Foden saat dipromosikan pada musim 2017 2018 lalu terus mengalami perkembangan. Dari segi permainan, kepercayaan diri, hingga produktifitas golnya sebagai pemain serba bisa.
Musim ini, Phil Foden telah tampil dalam 40 pertandingan di semua kompetisi dengan koleksi 12 gol dan 9 assist. Dia bahkan melewati catatan terbaik Andreas Iniesta dalam satu musim yang hanya menyentuh 9 gol, menurut Goal Internasional. Momen paling berkesan bagi Foden ketika berseragam Manchester City datang ketika dia dimainkan sebagai sayap kiri.
Di mana pemain berusia 20 tahun tersebut menggulingkan Raheem Sterling yang kerap menghiasi starting line up Pep Guardiola. Tapi jika di tim Inggris, Phil Foden akan bermain di sisi kanan dalam kompetisi Eropa musim panas ini. "Phil bisa bermain di dua posisi itu," kata Pep Guardiola pada Februari dikutip dari Goal Internasional.
"Saya telah mengatakan berkali kali dia masih sangat muda. Phil hanya perlu waktu untuk meningkatkan permainannya. "Saat Anda bermain sebagai sayap, Anda harus bermain dengan satu tempo. Di sisi lain Anda harus bermain dengan tempo yang berbeda. "Ketika dia mendapatkan keseimbangan ini dia akan menjadi 10 kali lebih hebat sebagai pemain. ini hanya masalah waktu," jelas Pep.
Pemain kelahiran Stockport yang bergabung dengan Manchester City di jenjang usia 9 tahun ini ingin menghabiskan kariernya dengan tim The Citizens. Namanya mencuat ke permukaan usai membantu Inggris U 17 meraih emas pada ajang Piala Dunia U 17 Oktober 2017 lalu. Dalam sebulan, dia berhasil tercatat dalam buku sejarah City sebagai pemain termuda yang main di kompetisi Eropa, Liga Champions, dalam usia 17 tahun dan 177 hari.
"Saya hany bisa melihat diri saya bermain untuk Manchester City, mengingat betapa saya telah mendukung mereka sejak usia muda," kata Foden kepada Football Focus dikutip dari BBC. "Itu selalu membantu ketika Anda bermain untuk klub yang Anda dukung. "Ketika saya masih muda, itu adalah mimpi (bermain untuk Man City). Jadi saya tidak pernah berpikir akan tampul 100 laga lebih awal," jelasnya ketika memainkan laga ke 100 dalam karier seniornya saat melawan West Brom pada Januari lalu.
Dalam dekade terakhir, hanya dua pemain Manchester City, Bernardo Silva dan Kevin De Bruyne yang memiliki peluang untuk meraih Ballon d'Or. Mereka hanya bertengger di posisi 9, terjadi pada tahun 2018 dan 2019. Untuk itu, jika Foden berhasil menghantarkan manchester City ke final Liga Champions bahkan menjuarainya ditambahn dengan trofi Premier League, bukan tak mungkin pemain yang akan menginjak usia 21 tahun pada 28 Mei ini meraih penghargaan pemain terbaik dunia tersebut.
